DENPASAR - Mengamati pergerakan sebesar Partai Golkar sungguh bikin geleng-geleng kepala, bukan tidak sedap dipandang, juga sekaligus mungkin dapat memalukan harga diri partai Golkar.
Pada waktu yang lalu didengung-dengungkan bahwa Airlangga Hartarto adalah bakal calon presiden yang diusung seluruh kader partai Golkar, bahkan sebagai jurnalis kita disuruh mengambil video khusus teriakan bahwa Airlangga Hartarto presiden 2024.
85 kursi perwakilan rakyat dan merupakan partai terbesar kedua di republik ini mengaku tunduk kepada seorang anak yang masih baru dalam dunia politik di Indonesia, Gibran Rakabuming Raka.
Kita lihat dalam IG airlanggahartarto_official yang mengatakan bahwa, " Rapimnas ll Partai Golkar menghasilkan beberapa keputusan krusial: mengusung dan mendukung Bapak Prabowo Subianto @prabowo dan Mas Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden pada Pilpres 2024 yang akan datang "
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies dan Fenomena Capres 2024
|
Partai Gerindra memiliki 78 kursi perwakilan, lebih kecil dari partai Golkar membuat Golkar tunduk. Tentu itu membuat kekecewaan banyak pihak yang setia sampai mati terhadap partai ini.
Dalam akun IG Letnan Jenderal TNI (Purn.) Johannes Suryo Prabowo, terlihat seperti sewot terhadap pujian-pujian manis khas 'penjilat', yang dikatakan bahwa Gibran seperti Sutan Syahrir.
*Menurut KBBI Penjilat adalah orang yang suka berbuat sesuatu untuk mencari muka (mendapat pujian).
" Kalau memang mau nyalonkan Gibran, calonkan saja tanpa harus merasionalisasi dan membanding-bandingkan dengan Sutan Syahrir, karena variabel pembandingnya beda semua pak "
" 0 ya, Sutan Syahrir pernah diculik pada 26 Juni 1946 di Surakarta oleh kelompok oposisi Persatuan Perjuangan yang tidak puas atas diplomasi yang dilakukan oleh pemerintahan Kabinet Sjahrir Il. la Meninggal dalam pengasingan sebagai tahanan politik dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta, " ujar Suryo Prabowo di akunnya.
Bila melirik pada masa yang lalu saat semangat Golkar masih membara dalam surat yang ditandatangani Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, Agung Laksono. Disana merekomendasikan dalam menegakkan wibawa yang khususnya dalam mengantarkan kemenangan pada 2024.
"Satu, membentuk poros baru di luar bakal koalisi pencapresan yang sudah ada, sejauh memenuhi electoral presidential, " tertulis dalam surat yang ditandatangani Agung Laksono.
Dewan Pakar Partai Golkar menilai, poros baru itu akan menguntungkan kedudukan dan posisi Partai Golkar. Di mana Partai Golkar akan memiliki kendaraan politik dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Ini tentu membangkitkan moril seluruh caleg Partai Golkar sebagai pejuang - pejuang partai di garis depan dalam menuju kemenangan pileg Partai Golkar dalam Pemilu 2024.
Golkar memang lebih baik memilih koalisi poros ke-4 dengan Demokrat yang mengusung Airlangga Hartarto dan AHY sebagai cawapresnya. Dengan tambahan 54 kursi keterwakilan, sudah cukup melampaui batas atas ambang untuk pencapresan yakni 115 kursi.
Toh nanti bila kalah diputaran kedua tetap bisa bermain untuk yang menang dan berkuasa bersama-sama kembali. Sungguh gerakan politik yang memalukan bila disimak untuk partai sebesar partai Golkar (Ray)